Banyak orang beranggapan bahwa merokok adalah hal yang biasa dan sudah menjadi suatu kebiasaan serta tren di kalangan anak-anak muda, kebanyakan orang merasa kuat dan dewasa jika tengah memegang sebatang rokok. Hal ini akan terus berkelanjutan seiring dengan tidak adanya upaya edukasi dari pemerintah atau pengarahan dari institusi pendidikan. “tidak akan ada yang berhenti merokok sebelum sakit menyerang” tukas Fuad Baradja.
Artis pemeran sinetron "Jin dan Jun" ini berujar “Awalnya dulu saya adalah perokok sama seperti orang-orang kebanyakan, yang secara tidak sadar telah banyak mengkonsumsi benda buruk tersebut tanpa memikirkan akibatnya”.
Sekitar 18 tahun lalu Fuad termasuk maniak rokok. Namun, disaat yang sama dia merasa apa yang menjadi kegemarannya itu menimbulkan dampak buruk bagi kesehatannya di kemudian hari. Bulan November 1991, dua bulan pertama setelah menikahi isrinya, Maria Chrisanty, dirinya mengalami batuk-batuk hebat hingga lehernya terasa kering. Penyakitnya itu terus berlangsung selama dua bulan penuh sebelum mengetahui penyebab utamanya.
Saat periksa ke dokter. Fuad diberi resep untuk meminum obat selama satu minggu. Namun, itu belum cukup mengembalikan kondisinya seperti semula. Karena merasa tidak sembuh, dia kembali dan disarankan untuk disuntik vitamin selama beberapa hari. "Tapi tetap saja masih batuk-batuk," ujar Fuad di kantornya di Ruko Dutamas ITC Fatmawati Blok D2/2, Jaksel.
Bapak empat anak itu merasa kaget ketika ditanyakan mengenai kebiasaannya menghisap rokok. Meski tidak sampai menghabiskan satu bungkus dalam sehari, dokter yang memeriksanya menduga, asap tembakau menjadi penyebabnya. "Setelah sore itu saya langsung berhenti rokok dan besok paginya batuk saya malah sembuh. Lalu saya tahan sampai sekarang ini." ungkapnya. Penyakit itu seakan hilang dibawa asap rokok yang saya tinggalkan dibelakang .Sejak saat itu saya berhenti total . Karena saya yakin , kalau saya merokok lagi pasti saya batuk lagi . Itulah awal saya berhenti merokok .Hal itu terjadi jauuh sebelum saya bergabung dalam penanggulangan masalah rokok.
Bergabung di LM-3
Cikal bakal yang mengantar Fuad Baradja menjadi seorang aktivis dalam menangani masalah rokok adalah pada suatu pagi di tahun 1998 ketika tengah membaca koran yang isinya cukai rokok yang diterima pemerintah 3,5 Triliyun, sedangkan dana yang di keluarkan untuk menaggulangi masalah rokok hampir lima kali lipat dari jumlah tersebut, artinya hal tersebut lebih banyak merugikan dibanding keuntungan yang di dapat.
Bukan saja karena banyaknya angka perokok alasan Fuad bergelut dalam bidang tersebut, melainkan kebanyakan dari perokok adalah umat Islam yang notabene miskin.
Menurut mantan artis ini, selama dalam kegiatannya roadshow penyuluhan bahaya rokok di sejumlah daerah, dia mengaku selalu mendapatkan orang miskin pengguna berat rokok.
Pernah ada seorang miskin yang disuruh Fuad berhenti merokok malah berkata, “lah saya ini orang miskin. Kebahagiaan saya hanya rokok,” jawabnya. Menurut Fuad, fenomena seperti itu sangat banyak di masyarakat.
Lebih jelas dia mengatakan, rokok mengandung nikotin dan zat adiktif berbahaya. Seperti halnya oksigen yang dihisap ke paru-paru, kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Sedang, jika merokok, yang dihisap adalah racun (nikotin). Menurutnya, nikotin diterima reseptor kemudian mengaktifkan dopamin. Dopamin itulah yang menimbulkan perasaan senang dan sebagainya. Dan, jika tidak merokok, maka dopamin tidak muncul dan pasti ingin merokok. Itulah kemudian rokok mencandi candu. Karena itu, menurutnya, jangan heran jika banyak perokok yang sulit berhenti.
Dia mengatakan, seperti dalam sebuah keluarga, jika ada seorang ayah merokok, yang akan kena imbas adalah seluruh keluarga. “Bapak asik merokok, padahal, di dekatnya ada istri yang sedang menyusui dan anak yang sedang bermain, bukannya itu berbahaya” tegasnya.
Lantas pria kelahiran 27 Agustus 1960 ini berfikir untuk berbuat sesuatu. Beliau tergabung di LSM berawal di suatu pagi ketika tengah membaca sebuah artikel di koran yang kebetulan ditulis oleh ketua LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Rokok) selintas terfikir ternyata ada sebuah lembaga yang mengurusi masalah rokok, selang beberapa waktu beliau sering datang ke LSM tersebut, dan tergabung pada tahun 1998.
Kepedulian Fuad akan bahaya merokok tidak cuma ditunjukkan terhadap rekan-rekan sesama artis. Semakin banyaknya anak usia muda yang kecanduan rokok saat ini mendorongnya melakukan penyuluhan-penyuluhan, seperti di sekolah-sekolah.Mulai saat itulah beliau memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah khususnya di tingkat SD. “Saya jadi senang berdiri didepan kelas dan bertemu banyak orang” ungkapnya.
Tujuannya agar para pelajar bisa mendapat informasi yang benar soal bahaya merokok sebelum mereka terperangkap pada kecenderungan untuk mencoba."Rokok adalah candu. Kalau sudah mencoba, sulit untuk melepaskannya. Berhenti merokok itu sulit. Jadi, jangan mencoba-coba merokok ya," ujar Fuad.
Sampai akhirnya di tahun 2000 Fuad Baradja mendapat penghargaan dari Menteri Kesehatan sebagai dedikasinya yang telah berperan aktif di LSM.
“Ini adalah hal terbaik yang pernah saya lakukan, ketimbang saya terus-terusan menjadi public figure yang tidak bisa berbuat sesuatu untuk masa depan bangsa” lanjut ketua bidang penyuluhan dan pendidikan di LM3.
Memang saat ini banyak ‘artis’ gagah berparas tampan yang menjadi ikon untuk iklan rokok, demi menarik minat masyarakat untuk mengkonsumsi benda buruk tersebut. Hal itu sangat disayangkan terkait karena pemerintah tidak bisa mengambil tindakan tegas untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak merokok. Segudang pertanyaan telah terlempar untuk para petinggi-petinggi serta para wakil rakyat yang lemah pada posisi lingkaran setan dewasa ini.
![]() |
Wed, 14 Jan 2015 @10:59riana |
![]() |
Mon, 9 Mar 2015 @19:44samsul |
![]() |
Fri, 13 Mar 2015 @09:57Taufik Darmawan |
![]() |
Mon, 8 Aug 2016 @11:08Eko |